Digitalisasi Perpustakaan; Perpustakaan Digital
Meretas Jalan Masa Depan Milenial Muda Majalengka Sebagai Generasi Melek Literasi
Oleh Asep Saepulah
Karya Tulis ini pernah diikutkan dalam lomba menulis kategori umum tingkat Kabupaten Majalengka. Alhamdulillah tidak masuk nominasi apalagi juara. Penulisan ulang di blog ini adalah upaya dokumentasi dan berbagai. Siapa tahu saja ide dan gagasan di dalamnya menginspirasi banyak orang.
Peran perpustakaan bagi Bangsa kita--yang bergerak menuju--modern ini tak dapat diremehkan. Sebab perpustakaan adalah gudang dimana segala ilmu pengetahuan ditulis dan diabadikan. Dari perpustakaan segala ilmu dapat digali, didalami, sekaligus dikembangkan.
Ilmu pengetahuan bersifat dinamis. Ia terus bergerak tanpa henti. Selama manusia hidup, berpikir, dan mencari maka sintesis--sebagai sebuah penemuan dalam ilmu pengetahuan--pada gilirannya akan (selalu) menjadi tesis bagi lahirnya ilmu pengetahuan baru. Dokumentasi, publikasi, dan pewarisan ilmu pengetahuan dari generasi ke generasi, karenanya, menjadi amat penting. Dan perpustakaan, sebagian besar, memerankan posisi amat strategis itu.
Menuju Reading Society
Percepatan dalam bidang informasi mendorong dunia semakin global dan 'mengecil'. Berangkat dari hal itu, secara perlahan masyarakat “dipaksa” sadar betapa pentingnya menjadi tahu melalui membaca. Sebab jika tidak demikian, Bangsa ini akan tertinggal atau bahkan tak akan pernah maju. Syafiq mencatat, masa keemasan Islam dicapai ketika geliat penulisan dan penerjemahan buku menemukan gairah puncaknya. Setelah geliat itu redup, padam pula masa keemasan itu.
Terbangunnya sebuah budaya sadar membaca di tengah masyarakat adalah impian bangsa yang sejatinya diusahakan menjadi kenyataan. Tak mustahil impian itu segera terwujud, jika saja perpustakaan di sekolah, di pesantren, di instansi-instansi dari tingkat bawah hingga atas baik lembaga formal maupun non-formal dimaksimalkan perannya. Sebab perpustakaan-perpustakaan semacam itu menjadi jantung bagi denyut nadi peradaban. Sedikit demi sedikit, masyarakat digiring menjadi reading society, yaitu ihwal dimana masyarakat merasa butuh untuk membaca sebagai asas bagi tiap aktivitas apapun dalam menjalani hidup. Gambaran sebuah peradaban yang di dalamnya dinamis antara 'memakan' dan 'melahirkan' ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan. Di tengah masyarakat yang belum atau sedang menuju reading society, seperti juga Bangsa ini, perpustakaan memainkan peran amat signifikan. Karena perpustakaan adalah gudang sekaligus pasar ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, Perpustakaan bukan melulu sumber ilmu dan pengetahuan tetapi juga sublimasi multi ilmu pengetahuan yang didapat dari pengalaman nyata, “mengering” dalam bentuk dokumentasi tulisan. Perpustakaan adalah dunia yang mengkerut. Perpustakaan mampu mengatasi jarak serta menembus ruang dan waktu.
Sejatinya, di perpustakaan tersedia pelbagai macam buku bacaan, majalah, jurnal, koran, hingga buletin. Tumpukan berrak-rak buku dari mulai yang jadul (zaman dulu) hingga yang paling anyar nyaris menyajikan apapun yang ingin diketahui. Sebuah potret klasikal keberadaan perpustakaan yang--sejak dikenal sebutan perpustakaan--hingga kini nyaris tak ada perubahan bentuk dan “penampilan”.
Perpustakaan identik dengan hutan buku, lembaran-lembaran kertas dan dokumentasi, serta suasana yang hening dan khidmat. Terkadang di beberapa sudut terkesan kumuh dan “klasik” dengan buku-buku dan manuskrip zaman doeloe untuk memberi kesan klasik. Suatu deskripsi tempat yang diyakini memberi kesan ilmiah dan kondusif bagi pengunjung dalam menyerap informasi dan ilmu pengetahuan dari buku-buku yang tersedia.
Perpustakaan Digital, Tren Literasi Kekinian
Deskripsi suasana dan bentuk perpustakaan sebagaimana sedikit disinggung di atas nampaknya sah dipertanyakan kontekstualisasinya dengan zaman. Sebab, selain terkesan mendekati deskripsi suasana kuburan, perpustakaan model itu tidak lagi cocok dengan karakter percepatan zaman kekinian. Dan wacana digitalisasi perpustakaan adalah gagasan yang masih dianggap segar yang patut dikembangkan. Perpustakaan daerah kabupaten majalengka, dengan portal perpustakaan digitalnya, dipandang sebagai langkah maju pengejawantahan ide brilian perpustakaan digital tersebut.
Digitalisasi perpustakaan adalah sebuah proses menjadikan perpustakaan menjadi serba digital. Bahan bacaan dan sumber informasi kemudian tidak melulu berbentuk buku dan lembaran-lembaran kertas, tetapi berupa file dan data. Ada beberapa alasan mengapa digitalisasi perpustakaan penting untuk dipertimbangkan penerapannya; pertama, perpustakaan digital memberi kemudahan akses informasi. Pengunjung (baca: pembaca) tidak lagi disibukkan dengan ‘mengobrak-abrik’ berlemari-lemari buku atau membuka berlembar-lembar katalog dan daftar buku untuk mencari buku yang dimaksud, tetapi cukup membuka komputer dan men-search buku tersebut serta membacanya sekaligus dalam bentuk file. Cara demikian tentu jauh lebih efektif.
Kedua, efisiensi tempat atau ruangan. Ratusan hingga ribuan buku dalam bentuk kertas tentu memakan tempat yang lumayan luas. Dapatlah dikatakan hal demikian kurang efisien. Buku, majalah, jurnal, hingga buletin dalam bentuk file tentu tidak membutuhkan banyak tempat, cukup dalam komputer dengan kapasitas memori yang disesuaikan. Perpustakaan digital semacam tempat yang bersih dari apapun kecuali perangkat komputer dan tempat duduk atau tempat membaca. Tidak ada buku juga tidak ada lembaran-lembaran dokumen berserakan dan berjubelan dengan lemari dan rak. Sebab buku apapun yang dikehendaki untuk dibaca tersedia dalam bentuk file di komputer-komputer yang telah disediakan.
Ketiga, manajemen perpustakaan digital relatif mudah. Tidak seperti perpustakaan buku dan dokumen kertas, penataan ruangan, pendataan buku, dan pengaturan perpustakaan digital hanya memerlukan ketelatenan mengolah dokumen atau data dalam bentuk file (soft document). Namun pun demikian, perpustakaan digital pada perintisannya membutuhkan kerja telaten ketika kondisi perbukuan masih mengidolakan kertas sebagai bahan buku. Sebab dengan begitu perpustakaan digital membutuhkan kerja mengubah dokumen dan buku kertas tersebut menjadi file yaitu dengan mengetik dan mendesainnya sedemikian rupa dan menarik.
Keempat, mengurangi tingkat penggunaan kertas. Jika banyak perpustakaan memakai sistem digitalisasi, penggunaan kertas Nasional akan menurun. Hal itu satu sisi “mengganggu kehidupan” industri kertas, tetapi dampak positifnya adalah mengurangi tingkat penebangan pohon hutan sebagai bahan pokok pembuatan kertas. Dalam kacamata semacam ini, gagasan digitalisasi perpustakaan sinkron dengan isu besar dunia yaitu global warming dimana peran perpustakaan digital mampu menekan tingkat penggunaan kertas dan penebangan pohon.
Telah nampak, empat argumen di atas mengokohkan gagasan betapa pentingnya digitalisasi perpustakaan. Akomodatif terhadap kemajuan teknologi, salah satunya dengan digitalisasi perpustakaan, adalah langkah tepat menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Sebab pada zaman ini, gagasan digitalisasi itu menghadirkan kemudahan, efektivitas, dan efisiensi yang, ketiga hal itu, menjadi dasar yang digandrungi oleh banyak orang. Ada banyak hal atau inovasi dapat ditampilkan oleh perpustakaan digital sebagai sebuah contoh fasilitas perpustakaan. Fasilitas itu semuanya itu memberikan kemudahan bagi pembaca dalam mengakses informasi dan ilmu pengetahuan. Model-model itu misalnya adalah: (1)buku digital berupa file atau soft documen, (2)buku audio yang dengannya pembaca hanya dituntut mendengarkan suara rekaman mengenai tulisan pada buku yang dimaksud secara keseluruhan, dan (3)visualisasi isi buku demi memudahkan pemahaman dan mengembangkan daya imajinasi pembaca terhadap isi buku. Yang terakhir disebut terutama buku-buku yang mendeskripsikan isi berkaitan dengan gambar.
Bukan hanya kemudahan yang didapat dari perpustakaan digital, tetapi juga kecepatan pembaca menyerap serta mengingat informasi dan ilmu pengetahuan. Molenda dalam Kovalchick & Dawson mengokohkan, penyerapan informasi dan pengetahuan melalui media audio, visual, dan audio visual memberi semacam dramatized experience (pengalaman dramatis). Hingga kemudian hal itu memudahkan orang mengingat informasi yang didapat. Bagi anak-anak, proses belajar berbasis teknologi semisal komputer memberi nilai lebih. Bright mencatat, pembelajaran anak berbasis teknologi membuat peserta didik lebih cepat mengerti, menguasai, dan mengingat materi.
Gagasan digitalisasi perpustakaan menemukan momentumnya disaat merebaknya portal-portal digital perpustakaan. Majalengka sebagai daerah yang tengah membangun kemajuan dalam multi bidang, sejatinya telah mengambil langkah tepat dengan dibangunnya portal digital perpustakaan daerah (https://disarpusda.majalengkakab.go.id/). Di ranah lokal Majalengka, Titik tumpu generasi literasi para kaum milenial sejatinya berawal dari ilmu, yaitu berawal dari budaya baca dan penelitian yang pada gilirannya perlahan akan terbangun peradaban modern yang berkeilmuan.
Terbangunnya Reading society memang butuh kerja keras semua pihak. Perpustakaan harus mengambil peran aktif dalam mendorong peradaban dan menggiring masyarakat menuju reading society itu. Perangkat teknologi pada perpustakaan dapat menjadi umpan bagi kegemaran masyarakat berkunjun--secara online maupun offline--ke perpustakaan.
Daftar Pustaka
Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titian Ilahi Press
Mughni, Syafiq A. 2002. Dinamika Intelektual Islam Abad Kegelapan. Surabaya: LPAM.
Suharsaputra, Uhar. 2011. Menjadi Guru Berkarakter. Yogyakarta: Paramitra Publishing.
Tidjani Djauhari, Mohammad. 2008. Pendidikan Untuk Kebangkitan Islam. Jakarta: TAJ Publishing.
Kovalchick K and Dawson K. 2003. Educational Technology: An Encyclopedia. Santa Barbara: ABC-Clio, CA.
Bright, GW. 1983. Explaining The Effeciency of computer Assisted Instruction. USA: AEDS Journal.
Post a Comment for "Digitalisasi Perpustakaan; Perpustakaan Digital"
Terimakasih Sudah Berkunjung, Sehat Selalu Dan Semoga Sukses